Selasa, 19 Januari 2016

Tujuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah

A.Ciri-ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

B.Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
Tujuan dalam Penulisan karya Tulis Ilmiah adalah memberikan pemahaman terhadap siswa agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.

C.Isi dan Materi
Isi dari Penulisan karya tulis ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek dibawah ini :
1. Relevan dengan situasi dan kondisi yang ada.
2. Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3. Masalah dibatasi, sesempit mungkin.

D.Bentuk Laporan Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Bentuk laporan penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari:
A.BagianAwal.
Bagian Awal ini terdiri dari:
1. Halaman Judul
2. Lembar Pernyataan
3. LembarPengesahan
4. Abstraksi
5. Halaman Kata Pengantar
6. Halaman Daftar Isi
7. Halaman Daftar Tabel
8. Halaman Daftar Gambar: Grafik, Diagram, Bagan, Peta dan sebagainya
B.BagianTengah.
Bagian tengah ini terdiri dari:
1. Bab Pendahuluan
2. Bab Landasan Teori atau Bab Tinjauan Pustaka
3. Metode Penelitian.
4. Bab Analisis Data dan Pembahasan
5. Bab Kesimpulan dan Saran
C.Bagian Akhir.
Bagian akhir terdiri dari:
1.Daftar Pustaka
2. Lampiran

E.Macam-macam Karya Ilmiah
Artikel Ilmiah Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.
Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulisberdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci).Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’. Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi. Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatanmasalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan disbanding skripsi mahasiswa.Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya. Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.
Peper
Biasanya digunakan untuk menyebut karya tulis atau istilah pada tugas kuliah berupa makalah yang hanya membahas sebatas Karya tulis yang membahas suatu permasalahan yang berkaitan dengan mata kuliah yang diikuti. Biasanyauntuk ukuran halaman paling banyak 20 halaman kertas kuarto dengan 2 spasi. Isi paper ini berkisar pada pengantar atau pendahuluan, permasalahan, analisis atau pembahasan dan kesimpulan atau premis-premis mayor.

F.Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupadiksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.
Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
- salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
- salah dalam menyusun struktur pelaporan,
- salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
- salah dalam menuliskan bagian kesimpulan,
-penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
- tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
- tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).

G.Syarat Menulis Karya Ilmiah
1.motivasi dan displin yang tinggi
2.kemampuan mengolah data
3.kemampuan berfikirlogis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

H.Sifat Karya Ilmiah
formalharusmemenuhisyarat:
1.lugas dan tidak emosional mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
2.Logis, disusun berdasarkan urutan yang konsisten
3.Efektif, satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
4.efisien, hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
5. ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

From ( http://rey-reycanzy.blogspot.co.id/ )

Identifikasi masalah


Identifikasi masalah, batasan masalah, serta rumusan masalah


A. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah. Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb).
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah :
1. Bacaan
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi. Lokakarya, konfrensi dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan non formal.
4. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu masalah. Contoh : Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6. Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
7. Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.
Ketujuh faktor diatas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu masalah penelitian, dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah. Jadi untuk mengindentifikasi masalah dapat melalui sumber-sumber masalah di atas. Sumber-sumber masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja.
Setelah masalah diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan masalah yang akan diangkat dalam suatu penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang baik.
B. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas, peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas, akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa salah satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas, tidak membingungkan. Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan istilah atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam mendefenisikan istilah tersebut depat dengan (1) Constitutive definition, yakni dengan pendekatan kamus (dictionary approach), (2), Contoh atau by example dan (3) Operational definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :
1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.
3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang diharapkan.
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana mengukurnya.
5. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian tersebut.
6. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.
C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas / lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga penelitian bisa lebih fokus untuk dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut dengan batasan masalah). Batasan masalah jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti lain sebenarnya menegaskan atau memperjelas yang menjadi masalah. Dengan kata lain, merumuskan pengertian dan menegaskannya dengan dukungan data-data hasil penelitian pendahuluan seperti apa “sosok” masalah tersebut. Misal, jika yang dipilih mengenai “prestasi kerja karyawan yang rendah” dipaparkanlah (dideskripsikanlah) “kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa (misalnya kehadiran kerja seberapa rendah, keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas hasil kerja seberapa rendah, kualitas kerja seberapa rendah).
Dapat pula batasan masalah itu dalam arti batasan pengertian masalah, yaitu menegaskan secara operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data) tentangnya. Misal, dalam contoh di atas, prestasi kerja mengandung aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau kesungguhan kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan dsb dari hasil karya).
Pilihan makna yang mana yang akan diikuti sebenarnya tidak masalah. Idealnya: (1) membatasi (memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang sudah diidentifikasi), (2) menegaskan pengertiannya, dan (3) memaparkan data-data yang memberikan gambaran lebih rinci mengenai “sosoknya.”. Seperti dalam contoh : Jadi, jika masalahnya berupa “prestasi kerja karyawan yang rendah” (yang dipilih dari, misalnya: kreativitas kerja yang rendah, kemampuan berinisiatif yang rendah, kerja sama (kolegialitas) yang rendah, loyalitas yang rendah, dan lainnya), maka yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) tentu mengenai kerendahan prestasi kerja karyawan, bukan mengenai faktor penyebab rendahnya prestasi kerja karyawan, atau upaya memotivasi karyawan. Jika yang jadi masalah kekurangan fasilitas (sarana prasarana) pendidikan, maka yang disebutkan (dituliskan) adalah bahwa yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) adalah masalah kekurangan fasilitas, bukan pengelolaan fasilitas. Kekurangan fasilitas dan pengelolaan fasilitas merupakan dua hal yang berbeda [Ada masalah apa pula dengan pengelolaan fasilitas? “Pengelolaan fasilitas” bukan masalah, itu topik atau tema! Lain jika “salah kelola fasilitas” atau “ketidakefektivan pengelolaan fasilitas”].

From ( https://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/10/26/identifikasi-masalah-batasan-masalah-serta-rumusan-masalah/ )

PERSEBARAN BENTANG ALAM DAN BUDAYA

PERSEBARAN BENTANG ALAM DAN BUDAYA


 ·  ·

A.    Bentang alam dan bentang budaya
1.      Pemahaman konsep Landschaft dan Landscape
Konsep landschaft banyak digunakan oleh ahli geografi di Jerman.Pada mulanya konsep landschaft lebih menonjolkan pengertian fisis. Yang diartikan landschaft saat itu adalah suatu wilayah dipermukaan bumi yang memiliki sifat fisis yang karakteristik sebagai suatu individulitas tertentu, dan dapat dibedakan dari wilayah lain di sekitarnya. Akan tetapi, oleh Alfred Hettner konsep ini diperluas tidak hanya kepada keadaan fisis saja, melainkan juga termasuk binatang, tumbuh-tumbuhan, dan manusianya. Dengan demikian, bahwa landschaft mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu : Berupa daerah yang mempunyai individualitas tersendiri yang berbeda dengan daerah lain, pada bagian-bagian yang berhubungan akan berbeda pula, baik dalam arti fisis maupun social. Sehingga sampai sekarang Landschaft dapat dikatakan sebagai obyek geografi. Secara teoritis bahwa landschaft dapat dibagi menjadi tiga jenis yang paling utama, yaitu :
1)      Oerlangschaft
Yaitu bentang alam asli sebelum adanya manusia dipermukaan bumi, yang merupakan awal dari pembentukan planet bumi.
2)      Wildlandschaft
Yaitu bentang alam yang telah mengalami perubahan walaupun belum ada pengaruh manusia.Misalnya : Perubahan permukaan bumi oleh cuaca,gempa bumi,gunung meletus dan lain-lain.
3)      Naturallandschaft
Yaitu bentang alam yang sudah mengalami perubahan dan termasuk perubahan oleh manusia.Misalnya : Bentuk permukaan bumi yang ada sekarang.

Otto Schluter berpendapat bahwa landschaft terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
Naturlandschaft dan Kulturlandschaft
Sedangkan pada kalangan geograf di Amerika Serikat dan Britania digunakan istilah landscape.Landscape berarti bentuk luar dari permukaan bumi di bawah atmosfir, atau singkatnya muka bumi. Pengertian landscape ini tidak berarti landschaft  yang berarti suatu region, melainkan hanya berarti sebagai bentangan di permukaan bumi. Pengertian landscape dapat dipandang sebagai obyek material wilayah yang terbatas, seolah-olah sebagai hasil “pemotretan dari udara” sehingga yang nampak hanya permukaan saja.
Landscape dibedakan menjadi natural landscape atau bentang alam dan man-made land-scape atau cultural landscape yang berarti bentang budaya.Suatu bentangan dikatakan sebagai bentang alam, jika pengaruh manusia telah masuk, maka bentangan tersebut menjadi bentangan budaya.
2.      Macam-macam bentuk muka bumi sebagai bentang alam
Bentang alam adalah suatu bentangan di permukaan bumi tanpa ada pengaruh manusia yang masuk di dalamnya.Bentang alam yang terdapat di permukaan bumi bukanlah merupakan suatu fenomena yang seragam, melainkan memiliki berbagai macam bentuk dan persebarannya.
Bentuk permukaan bumi bersifat dinamis artinya dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan dan perubahan. Secara umum bentuk permukaan bumi tidaklah rata, dengan pengertian lain terdapat bentuk permukaan yang tinggi/terjal ada pula yang rendah/landai. Tinggi rendahnya permukaan bumi disebut relief.Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk muka bumi disebut Geomorfologi.
Perubahan bentuk muka bumi secara alami dipengaruhi oleh dua tenaga alami, yaitu tenaga asal dalam bumi yang disebut endogen dan tenaga asal luar bumi atau eksogen.Pengaruh dari dalam bumi berupa suatu tenaga yang sangat besar sehingga dapat membentuk muka bumi yang beraneka ragam.
Tenaga dari dalam bumi meliputi vulkanisme (aktivitas gunung api) dan tektonisme (aktivitas gerakan lapisan bumi). Sedangkan tenaga dari luar bumi meliputi kekuatan angin,air, dan gletser. Dengan demikian, cepat atau lambatnya perubahan bentuk muka bumi sebagai bentang alam dipengaruhi oleh suatu tenaga geologi.
a.      Bentang alam akibat diatropisme
Diatropisme adalah proses pembentukan kembali kulit bumi, pembentukan gunung-gunung, plato-plato, lembah-lembah, lipatan-lipatan, dan retakan-retakan. Diatropisme secara umum dibagi dua jenis yaitu epirogenesa dan orogenesa. Epirogenesa merupakan pengangkatan massa benua (continental) dengan kecepatan yang relative lambat, sedangkan orogenesa merupakan perubahan kulit bumi dengan laju kecepatan yang relative lebih singkat dari epirogenesa.
Gerak orogenetik mengeluarkan tekanan horizontal dan vertical di kulit bumi, yang menyebabkan terjadinya dislokasi atau berpindah-pindahnya letak lapisan kulit bumi.Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan. Proses lipatan (Folded Process),yaitu suatu bentuk kulit bumi berbentuk lipatan (gelombang) yang terjadi karena adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dari dua arah yang berlawanan, sehingga lapisan-lapisan batuan di sekitar daerah itu terlipat, dan membentuk puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Apabila terbentuk beberapa puncak lipatan disebut anticlinorium dan beberapa lembah lipatan disebut sinklinorium.
Bentuk permukaan bumi atau bentang alam akibat proses lipatan dapat terlihat meliuk-liuk bergelombang. Contoh dari pegunungan lipatan ini adalah pegunungan tua, seperti pegunungan ural.Lipatan pada pegunungan ini terjadi pada zaman primer.Pegunungan muda, seperti pegunungan mediteranian dan sirkum pasifik yang terjadi pada zaman tersier.
Macam-macam lipatan yang dikenal yaitu lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan rebah, lipatan isoklin, dan lipatan kelopak.
Bentang alam hasil tenaga tektonisme lainnya adalah proses patahan (fault process). Ketika lempeng yang membentuk kerak bumi bergerak dan saling berdesakan, gerakan tersebut memberi tegangan yang sangat besar sampai memecahkan batuan.Tempat batuan itu pecah disebut patahan (fault), dan alur akibat pecahnya batuan itu disebut alur patahan.Alur patahan yang besar bisa sampai ke batuan di bawah tanah yang dalam dan merentang sepanjang benua. Alur patahan terbesar di dunia, sama seperti gempa bumi terkuat, bisa ditemukan di dekat tipe lempeng.
Beberapa patahan besar membelah tanah saat mereka bergerak, mendorong naik wilayah daratan, atau membuatnya amblas.Setelah gempa bumi, saat energy dilepaskan, kumpulan batuan di kedua sisi patahan terkunci menjadi satu di posisinya yang baru.Tekanan dan tegangan yang menyebabkan gempa bumi yang pertama sering terulang dan terus bertambah hingga menyebabkan gempa bumi.
Selain hal tersebut, patahan dapat terjadi karena:
(1)   Adanya tenaga endogen dengan arah mendatar dan saling menjauh, sehingga pada bongkah batuan terjadi retakan-retakan dan akhirnya patah membentuk bagian yang merosot (graben dan slenk) dan bagian yang menonjol (horst)
(2)   Adanya tenaga endogen yang berarah vertical
(3)   Adanya dua buah tenaga endogen, mendatar yang berlawanan arah sehingga menimbulkan pergeseran batuan, yang disebut sesar mendatar
Salah satu relief geologis yang paling terkenal di dunia adalah patahan san andreas yang membelah pantai pasifik di California, AS. Panjang patahan horizontal ini 1.200 km.Patahan ini membentuk sebagian dari batas antara lempeng pasifik dan lempeng amerika utara. Kedua lempeng ini secara terus menerus bergeser kea rah berlawanan dengan jarak sekitar lima sentimeter setahun. Banyak alur patahan yang lebih kecil membelah wilayah ini dan sebagainya berhubungan dengan san andreas. Daerah ini adalah salah satu wilayah gempa berkekuatan besar di dunia.Lebih dari 20.000 gempa tercatat setiap tahun.
b.      Bentang alam akibat vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan pembentukan gunung api, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfera yang menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Di dalam litosfer, magma menempati suatu kantong yang kita namakan dapur magma (batholit).Keadaan dan besar dapur magma itu sangat bervariasi.Ada dapur magma yang letaknya sangat dalam, ada pula yang dekat dengan permukaan bumi.
Perbedaan letak ini merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan yang terjadi.Pada umumnya, dapur magma yang dalam menimbulkan letusan yang lebih kuat daripada yang letaknya dangkal.
Umumnya kita mengenal tiga bentukan gunung api yang diakibatkan dari sifat erupsi dan kandungan magmanya, yaitu :
(1)   Gunung api perisai (Shield Volcanoes), sebuah gunung api yang beralas luas dan berlereng landau,merupakan hasil erupsi efusif magma yang cair. Contohnya Gunung Lamongan di Jawa Timur dengan kawahnya Klakah.
(2)   Gunung api maar, merupakan hasil erupsi eksplosif yang tidak terlalu kuat dan hanya sekali saja. Contohnya Gunung Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah
(3)   Gunung api strato atau kerucut, merupakan hasil campuran,efusif dan eksplosif yang berulang kali. Gunung api ini berbentuk kerucut dan badannya berlapis-lapis. Akibat erupsi yang berpindah-pindah pusatnya, menyebabkan di sana sini berbentuk kerucut-kerucut gunung api, sehingga bentuk gunung api tersebut tidak teratur. Sebagian besar gunung api di Sumatera,Jawa,Bali,Nusa Tenggara dan Maluku termasuk gunung api kerucut. Misalnya Gunung kerinci,Merapi,Ciremai,Semeru,Batur dan Gunung Fujiyama di Jepang.
Pada umumnya bentuk gunung api di Indonesia adalah strato (kerucut). Gunung api yang pernah meletus, umumnya berpuncak datar. Oleh karena itu, di Indonesia sering terjadi peristiwa gunung meletus.Magma yang keluar ke permukaan bumi ada yang padat cair dan gas. Material yang dikeluarkan oleh gunung api tersebut, antara lain: Eflata (material padat) berupa lapilli, kerikil, pasir dan debu, lava dan lahar, berupa material cair dan Ekshalasi (gas) berupa nitrogen belerang dan gas asam.
Bentuk permukaan bumi akibat proses vulkanisme antara lain sebagai berikut.
(1)   Intrusi magma yaitu terobosan magma ke dalam lapisan-lapisan litosfera tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
(a)    Batolith, yaitu bekuan magma yang ada di dapur magma
(b)   Gang atau korok, yaitu intrusi bekuan magma yang berbentuk tipis dan memanjang dengan arah intrusi vertical atau miring
(c)    Apofisa,yaitu bekuan magma yang merupakan cabang dari gang
(d)   Diaterma adalah lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung api bentuknya seperti silinder memanjang
(2)   Intrusi magma yang berbentuk konkordon, yaitu intrusi magma yang strukturnya searah atau sejajar dengan lapisan-lapisan batuan yang ada di sekitarnya, seperti sill dan lakolit. Sill adalah bekuan magma yang tipis dan pipih yang berada di lapisan-lapisan batuan sekitarnya,  sedangkan lakolit yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi
(3)   Hasil erupsi yang berbentuk efusif akan membentuk struktur permukaan bumi yang ditutupi oleh leleran lava
(4)   Hasil erupsi yang berbentuk eksplosif akan menghasilkan endapan bahan-bahan lepas atau piroklastika yang ukurannya mulai dari bongkahan batu besar (bom), kerikil, pasir vulkanik, dan debu vulkanik. Bentuk muka bumi hasil erupsi eksplosif antara lain kawah atau kaldera, padang lava,dan padang lahar.
Bentang alam yang dapat kita saksikan adalah pada gejala pasca vulkanik atau post vulkanik, yaitu suatu fase (massa) di mana sebuah gunung berapi tidak memperlihatkan gejala-gejala keaktifannya. Bentangan alam tersebut antara lain:
(1)   Terdapatnya sumber air panas yang banyak mengandug mineral, terutama belerang, seperti di Ciater dan Cipanas Jawa Barat, serta Batu Raden Jawa Tengah
(2)   Terdapatnya geyser, yaitu semburan air panas yang keluar secara berkala dari celah-celah batuan, seperti di Cisolok Sukabumi Jawa Barat, The Old Faithfull Geyser di Taman Nasional Yellow Stone (USA)
(3)   Terdapatnya Ekshalasi (sumber gas) berupa:
(a)    Fumarola (sumber uap air dan zat lemas)
(b)   Solfatar (sumber gas belerang)
(c)    Mofel (sumber gas asam arang)

c.       Bentang alam akibat gempa bumi (Earthquake)
Gempa bumi (Earthquake), adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen.Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi.Mereka menggunakan alat pengukur yang disebut seismograf atau seismometer.Alat itu digunakan untuk mencatat pola gelombang gempa atau seismik dengan memperhitungkan kekuatan sekaligus lamanya gempa.
Para pakar seismologi telah mengembangkan tata cara penggunaan informasi tentang gempa bumi. Permukaan bumi terbentuk dari lapisan batuan paling luar yang disebut kerak bumi.Kerak bumi yang pecah membentuk potongan-potongan besar yang saling berpasangan.Potongan-potongan ini disebut lempeng.
Lempeng ini bergerak perlahan dengan saling bergesekan, menekan dan mendesak bebatuan.Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar,bebatuan bawah tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang menyebabkan gempa bumi.Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa bumi dan 34.000 nya cukup kuat untuk kita rasakan.
Beberapa gempa terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi. Dalam proses ini, terjadi tumbukan antara  dua lempeng, dengan salah satu lempeng kerak terdorong ke bawah lempeng yang lain. Biasanya, lempeng samudra di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat.Lempeng samudra yang jatuh dan bergesekan dengan lempeng di atasnya, melelehkan kedua bagian lempeng itu. Tumbukan ini menghasilkan gunung api dan menyebabkan gempa bumi.
Bentang alam yang merupakan berbagai bentukan di permukaan bumi akibat proses gempa adalah merupakan kerusakan-kerusakan atau hancurnya suatu bentang alam yang telah dibangun oleh proses sebelumnya. Besar kecilnya kerusakan yang ditimbulkan sangat tergantung pada besarnya tenaga yang dikeluarkan oleh gelombang gempa tersebut dan letak titik pusat gempa di perut bumi.

d.      Bentang alam akibat proses pengikisan dan pengendapan
Bentukan muka bumi seperti ini diakibatkan oleh tenaga Eksogen yaitu tenaga pembentukan bumi yang berasal dari luar.Tenaga eksogen memiliki sifat merusak, karena dapat merubah bentuk muka bumi yang telah ada.Beberapa tenaga perusak tersebut dapat disebabkan oleh angin, air, dan gletser.
1)      Proses pelapukan
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimiawi, maupun secara biologis .proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan dan berubah menjadi tanah. Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral
Bentuk di permukaan bumi akibat proses pelapukan antara lain:
a)      Pelapukan pada batuan yang “melapis bawang”
b)      Berubahnya air garam menjadi Kristal. Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
c)      Dolina,yaitu lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan.
d)     Gua dan sungai bawah tanah, yaitu di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas, oleh karena proses pelarutan oleh air, maka retakan atau celah itu akan semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian diantaranya adalah sebagai tempat mengalirnya sungai di bawah tanah.
e)      Stalaktit, yaitu kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap gua kapur.
2)      Erosi (erotion)
Erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan masa batuan secara alami dari satu tempat  ke tempat lain oleh suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi. Ada empat jenis erosi apabila di lihat dari zat pelarutnya dan bentukan yang dihasilkan, sebagai berikut:
a)      Ablasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir.
b)      Abrasi,yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi marinei
c)      Eksarasi,yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es
d)     Deflasi,yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin
3)      Proses pengendapan (sedimentasi)
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan menjadi batuan sedimen. Hassil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Berikut ini adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a)      Pengendapan oleh air sungai
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis.Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta.
b)      Pengendapan oleh air laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.Pengendapan oleh air laut dikarenakan oleh adanya gelombang.Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo dan penghalang pantai.
c)      Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun.
d)     Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial.Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah.

3.      Bentang budaya
Berbeda dengan bentang alam, pada bentang budaya telah masuk pengaruh-pengaruh manusia di dalamnnya untuk merekayasa bentangan tersebut.Manusia di anggap sebagai makhluk yang aktif terhadap lingkungan dan tempat tinggalnya, dan tidaklah pasif.Bentang budaya meliputi segala fenomena di permukaan bumi yang berhubungan dengan aktivitas manusia.Manusia sebagai penghuni bumi merupakan obyek social yang paling utama dalam geografi.Manusia dengan segala kemampuannya membuat kelompok-kelompok yang menempati wilayah tertentu sehingga terbentuk sebuah komunitas.Di dalam komunitas tersebut, manusia saling berinteraksi dan membangun lingkungannya.
Contoh obyek social dalam bentuk bentang budaya antara lain:
a)      Jalan raya adalah jalan yang besar, lebar dan beraspal sehingga dapat dilalui oleh kendaraan besar seperti truk dan bus.
b)      Rel adalah jalan kereta api yang dibuat dari batangan besi.
c)      Pelabuhan udara adalah tempat di daratan yang digunakan untuk aktifitas pesawat terbang dan penggunaannya, baik untuk penumpang maupun barang.
d)     Pelabuhan laut, pelabuhan pantai, atau pelabuhan samudera adalah tempat yang digunakan untuk merapat dan bersandarnya kapal-kapal laut serta berbagai kegiatannya.
e)      Lahan pertanian atau lahan daratan adalah tanah dengan luas tertentu yang dapat digunakan untuk berbagai aktifitas cocok tanam, contohnya sawah dan ladang.

B.     Pesebaran bentang alam dan budaya
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran 
Secara umum persebaran bentang alam dan bentang budaya sangat dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut.
a)      Morfologi,merupakan bentuk lahan sebagai hasil pengerjaan tenaga endogen dan tenaga eksogen.
b)      Jenis batuan induk, menentukan sifat dan jenis tanah yang dihasilkan.
c)      Unsur iklim, factor ini tentu berhubungan dan menentukan terhadap tata guna lahan terutama unsur suhu dan curah hujan.
d)     Sumber air, jelas sekali bahwa sejarah bermukimnya penduduk di suatu tempat dimulai di sekitar tempat yang ada sumber airnya, karena kebutuhan akan air bagi makhluk hidup sangat menentukan.
e)      Jumlah penduduk, hal ini sangat mempengaruhi terhadap kesempatan penduduk untuk bertempat tinggal.
2.      Pola dan hubungan spasial antara bentang alam dan budaya
Factor-faktor yang mempengaruhi persebaran bentang alam dan budaya di atas berpengaruh terhadap pola dan hubungan spasial obyek geografi. Berdasarkan bentuknya pola spasial dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu
a)      Pola menyebar (spot)
Adalah pola keruangan yang bentuknya sesetempat dan tidak beraturan.
b)      Pola memanjang (line)
Adalah pola keruangan yang bentuknya memanjang. Bentuk ini biasanya berhubungan dengan bentuk lain seperti jalan, sungai, pantai, dan bentuk lahan (morfologi). Pola keruangan yang memanjang biasanya akan ditemukan di daerah yang memiliki jalan yang cukup baik sebagai transportasi.
c)      Pola mengelompok (area)
Adalah pola keruangan yang bentuknya bergerombol dan meluas. Banyak ditemukan terutama di daerah perkotaan atau pusat-pusat kegiatan perekonomian atau pusat pemerintah
            Pola mengelompok pada awalnya dapat juga berasal dari pola memanjang atau menyebar,tetapi perkembangan selanjutnya karena penduduk terus bertambah dan pembangunan infrastruktur (pemukiman dan perkotaan) terus dilakukan maka lambat laut berubah menjadi pola mengelompok.
            Pada era globalisasi dan pasar bebas, ternyata setiap wilayah di muka bumi ini saling membutuhkan baik sebagai penyedia bahan baku maupun sebagai lokasi pemasaran dari produk yang dihasilkan. Untuk menekankan kepadatan penduduk dan kemacetan lalu lintas seperti yang terjadi didaerah perkotaan di bangun kota-kota satelit disekitar perkotaan yang berfungsi sebagai  pendukung wilayah perkotaan.

C.    Mengidentifikasi  Bentang Alam dan Bentang Budaya Melalui Peta dan Citra Penginderaan Jauh
1.      Mengidentifikasi bentang alam melalui peta
Peta yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi bentang alam adalah peta topografi dan peta rupa bumi, karena peta tersebut memberikan gambaran tentang ketinggian tempat (garis kontur) dan bentuk penggunaan lahan, sehingga dapat diinterpretasi mengenai suhu udara, kemiringan, morfologi, batuan, tanah, dan kondisi air.
·         Pada peta topografi/rupa bumi yang menampakkan garis kontur yang tertutup tunggal rapat maka daerah tersebut merupakan daerah pegunungan.
·         sedangkan jika garis kontur tertutup yang banyak dan rapat maka daerah tersebut merupakan daerah perbukitan.
·         Pada peta topografi/rupa bumi yang menampakkan garis kontur yang rapat disekitar garis kontur yang jarang maka daerah tersebut merupakan daerah yang berlereng yang kemungkinan daerah tersebut berupa sesar atau patahan.
·         Peta topografi/rupa bumi yang di tunjukan oleh alur sungai yang bercabang-cabang pendek dan sudut pertemuannya lancip, maka dapat diidentifikasi bahwa daerah tersebut berbatuan breksi, dan pada proses erosinya sudah intensif.
·         Sedangkan jika sungai-sungsi tersebut kecil-kecil dan terputus-putus maka dapat diidentifikasi bahwa daerah tersebut berbatuan gamping (topografi karst).
Peta tematik dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi bentang alam, tetapi peta tematik yang membuat batuan, kemiringan, tanah, dan vegetasi, air, dan curah hujan. Peta tersebut dinamakan peta unit lahan (land unit). Sedangkan peta tematik yang lain agak kesulitan karena hanya memuattema tertentu sehingga agak kesulitan jika digunakan untuk mengidentifikasi bentang alam.
Peta yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bentang alam yang lain diantaranya adalah peta geografi atau peta yang memuat simbol ketinggian yang ditunjukan dengan simbol warna dan diberi simbol jalan, sungai, dan nama tempat. Peta ini hampir sama dengan peta topografi atau peta rupa bumi, tetapi sayangnya kalau peta geografi tidak memuat garis kontur.
2.      Mengidentifikasi bentang alam melalui citra penginderaan jauh
Mengidentifikasi bentang alam melalui citra penginderaan jauh agak mengalami kesulitan terutama bagi pemula, karena di citra penginderaan jauh (foto udara, foto satelit, dan data digital) akan menampakkan semua objek dipermukaan bumi, sehingga harus memiliki kemampuan untuk mengasosiasikan kenampakkan yang ada di citra dengan kenampakkan yang ada di lapangan.

3.      Mengidentifikasi bentang budaya melalui peta
Mengidentifikasi bentang budaya melalui peta pada peta topografi dan peta rupa bumi akan mudah sekali karena pada peta tersebut sudah ada simbol buatan manusia seperti pemukiman, jalan, sawah, perkebunan, rumah sakit/puskesmas, dan lainnya.
Simbol pemukiman memakai simbol area berwarna merah (bercak-bercak merah), jalan memakai simbol garis berwarna merah, sawah memakai simbol area warna biru (petak-petak beraturan berwarna biru), perkebunan memakai simbol area berwarna hijau (bercak-bercak hijau), rumah sakit/puskesmas memakai simbol titik berbentuk tanda plus (+) dan lainnya.
Pada peta tematik simbolnya disesuaikan dengan tema yang akan ditampilkan, kecuali ada beberapa simbol bentang budaya yang selalu di tampilkan seperti jalan, batas wilayah administratif, pemukimnan dan lainnya. Warna dan bentuk simbolnya disesuaikan dengan tema peta yang dibuat dan harus mencocokan antara legenda bentang budaya dengan simbol yang ada pada peta.




4.      Mengidentifikasi bentang budaya melalui citra penginderaan jauh
Mengidentifikasi bentang budaya melalui citra penginderaan jauh lebih mudah daripada mengidentifikasi bentang alam, karena ukuran, bentuk dan polanya teratur dan sistematis.
Contoh identifikasi bentang budaya melalui citra penginderaan jauh untuk daerah lapangan sepak bola pada skala 1 : 20.000 yang dicirikan : rona cerah, tekstur halus, bentuk segi empat, pola teratur, bayangan tidak ada hanya nampak bayangan dipinggir yang berbentuk tegak, situs dataran rendah, asosiasi ada pepohonan disekelilingnya. Dari tabel tersebut maka dapat diidentifikasikan bahwa wilayah tersebut termasuk pada bentang budaya berupa lapangan sepak bola.

5.      Menghitung luas bentang budaya
a.       Metode Strip
Alat yang digunakan pada metode strip adalah lembar kertas yang tembus pandang (kertas kalkir) atau plastik transparan, pinsil/spidol permanen, mistar, penghapus/alkohol 70% dan kapas.
Caranya adalah : 1. Buatlah garis-garis sejajar dengan interval sama. 2. Batasi semua tepi objek pada tiap interval dengan garis-garis sehingga membentuk segi empat. 3. Hitung luas tiap interval dan dijumlahkan seluruh luas interval. 4. Kalikan luas objek pada peta(hasil nomer3) dengan skala peta yang digunakan.
b.      Metode Bujur Sangkar (Persegi)
Alat yang digunakan pada metode bujur sangkar sama dengan alat yang digunakan pada metode strip. Untuk lembaran kertas dapat juga diganti dengan kertas milimeter blok yang terbagi atas persegi sebesar 1cm x 1cm, 5mm x 5mm, dan 1mm x 1mm.
Caranya adalah : 1. Batasi objek dengan bentuk segi empat. 2. Bagi bentuk segi empat tersebut menjadi kotak-kotak yang lebih kecil yang berukuran sama. 3. Hitung luas salah satu kotak dan kalikan dengan banyaknya kotak. 4. Kalikan hasil tersebut(pada no3) dengan skala peta yang digunakan.
c.       Metode jaringan lingkaran
Alat yang digunakan pada metode jaringan lingkran sama dengan alat yang digunakan pada metode stip. Caranya adalah : 1. Buat lingkaran-lingkaran yang berukuran kecil yang sama besarnya sampai luas seluruh objek ditutupi oleh lingkaran tersebut. 2. Hitung luas sebuah lingkaran dan kalikan dengan banyaknya lingkaran yang ada. 3. Kalikan hasil tersebut (pada no2) dengan skala peta yang digunakan.

6. Menganalisis Pola dan Hubungan Spasial Antar Objek Geografi
a.       Menganalisis antar objek geografi dengan pola menyebar (spot)
Objek geografi yang memiliki pola menyebar (spot) menunjukan bahwa antar objek tersebut ada pemisah (barier) sehingga wilayah tersebut berkembang sendiri-sendiri. Pola ini sangat baik untuk kepentingan kelestarian dan keberlanjutan suatu objek geografi, karena dapat meningkatkan ketahan dan keutuhan suatu objek. Yang menjadi pemisah antar objek geografi dengan objek geografi lainnya biasanya berbentuk : lembah, bukit, lereng terjal, sungai atau kesuburan tanah.
Kelemahan pola menyebar adalah kesulitan utnuk melakukan komunikasi dan informasi karena tempatnya terpisah dan terpencar, sehingga pembaharuan dan keterbukaan pada masyarakat dengan pola menyebar agak lambat, karena untuk menyeragamkan informasi memerlukan waktu, serta siap komponen tidak memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan informasi dan perubahan tersebut.
b.      Menganalisis antar objek geografi dengan pola memanjang (line)
Objek geografi yang memiliki pola memanjang menunjukan bahwa ada pemisah yang bersifat memanjang seperti pemukiman yang memanjang di atas pegunungan atau pemukiman yang memanjang dilembah sepanjang sungai.
Keuntungan wilayah objek geografi dengan pola memanjang adalah dapat mengakses dengan mudah dari setiap objek geografi, dan tiap-tiap objek memiliki potensi utnuk dikembangkan. Fungsi pengawasan dan pemantauan relatif lebih mudah, sehingga komunikasi secara terestrial diantara komponen geografi dapat dengan mudah dilakukan.
Kelemahan pola memanjang adalah akan terjadi pemusatan kekuatan atau pembangunan sehingga akan terjadi arus komunikasi yang sangat padat pada tempat tertentu.
c.       Menganalisis antar objek geografi dengan pola mengelompok (area)
Objek geografi yang memiliki pola mengelompok menunjukkan bahwa di wilayah tersebut ada pemusatan kegiatan sehingga terjadi akumulasi penunjang secara perlahan dan meluas.pola semacam ini misalnya pemukiman di wilayah perkotaan, wilayah perkebunan, dan wilayah pertanian.
Keuntungan wilayah objek geografi dengan pola mengelompok pada wilayah perkotaan adalah dapat mengakses dengan mudah dari setiap objek geografi, dan tiap-tiap objek memiliki potensi untuk dikembangkan. Fungsi pengawasan dan pemantauan relatif lebih mudah dilakukan selama komunikasi secara terestrial diantara komponen geografi dapat dengan mudah dilakukan selama daya dukung lingkungan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat masih seimbang akibatnya sifat masyarakat pada pola mengelompok lebih terbuka pada inovasi dan pembaharuan.
Kelemahan apabila daya dukung lingkungannya telah dilampaui maka akan terjadi kemacetan dan komunikasi yang kurang lancar, sehingga perlu disebar ke lokasi lain secara spot (satelit) agar dapat mengurangi beban perkotaan, lambat laut kota satelit tersebut akan berkembang menjadi padat.


From ( http://rizkyagustini.blogspot.co.id/2013/07/persebaran-bentang-alam-dan-budaya.html )